Lahore…
Maman selalu suka dengan kota. Apalagi kota klasik dengan banyak bangunan antik yang menyimpan kejayaan masa lalu. Lahore ni dah kaya ‘Jogja’nya Pakistan lah. Selain sebagai ibukota provinsi Punjab, Lahore pada masa lampau jg menjadi salah satu kota penting untuk Kerajaan Mughal sebelum dikuasai Sikh lalu Inggris.
Jadi kemaren setelah selesai acara di Raiwind, Maman berpisah sama rombongan temen-temen yang langsung balik ke Islamabad. Sengaja soalnya mau jalan-jalan dulu dan nonton Kualifikasi Piala Dunia 2018 antara Pakistan vs Yaman. Berangkat dari Raiwind menggunakan Qingqi, semacam becak motor dengan 6 penumpang. Turun di Thokar Baig dan lanjut menggunakan angkot nomer 105 menuju Regale Chowk ke sebuah dormitory murah khusus backpacker.
Nama penginapannya Regale Internet Inn. Cukup terkenal di kalangan para backpacker internasional. Selain harganya murah, cuma Rs300 (sekitar Rp35.000) per bed per malam, lokasinya juga di tengah kota. Dekat dengan pusat elektronik Hall Road, pusat jajanan Anarkali, Lahore Museum, Punjab University old campus, Secretariat Office, dan Halte Metro Bus (buswayny Lahore). Btw, lokasi penginapannya ni sangat nyempil di samping tukang jahit jas. Jadi kalo pertama kali dateng mungkin agak bingung. Murah, lokasi enak, tapi untuk cewe mgkn agak kurang nyaman karena kamar mandinya gabung n antar bed hanya diberi partisi ala kadarnya.
Kalo biasanya orang Islamabad ke Lahore taunya Badshahi Masjid, Lahore Fort, Jahangir’s Tomb, ato Wagah Boarder, Maman dah bosen. Dah sering semua itu. Makany mumpung Maman lg jalan sendiri, Maman nyobain tempat2 aneh lainnya.
Maman ke stasiun Lahore. Sering sebenerny Maman lewat kalo lagi nganter tamu, tapi naik kereta belum pernah. Makanya Maman mau nyoba balik ke Islamabad pake kereta. Ke stasiun naik rickshaw, nanya2 tiket n jam keberangkatan yang sebenernya dah ada secara online, poto2, dan banyak jumpa para jamaah Tabligh yang mau berangkat ke tempat dawah masing-masing. Kebetulan di deket stasiun ada Masjid Tabligh juga. Feeling mengajak Maman untuk melangkahkan kaki ke Landa Bazar, sebuah pasar barang bekas. Jalan, liat-liat, eh nemu bangunan bagus. Delhi Gate, 1 dari 13 gerbang dari benteng kota Lahore. Masuk ah…
Ternyata dari Delhi Gate inilah gerbang awal mulainya paket wisata Shahi Guzargah, napak tilas Raja, yang dikelola departemen pariwisatanya pemerintah Lahore. Di situ ada tourism center dan informasi2nya. Agak ga keliatan soalnya bercampur dengan rumah penduduk. Baca2 brosurnya, liat rutenya yang berujung ke Lahore Fort, Maman pun mulai langkah.
Rute sepanjang sekitar 1,5km Maman tempuh. Rumah-rumah model kuno nampak diperbarui, renovasi d sana-sini, petunjuk jalan dan papan keterangan nampak klop dengan aktifitas warga. Spot pertama adalah Shahi Hamam ato Ruang Mandi Raja. Cuma boleh liat dari luar soalnya dalemnya lagi rekonstruksi. Tapi klo liat d brosur, ntar klo dah jadi bakal keren abis. Lalu ada Wazir Khan Masjid yang memiliki lukisan dinding yang wow. Kecil sih secara ukuran tapi lukisannya lebih bagus daripada di Lahore Fort meski agak kurang terawat.
Kalo kalian pernah nonton film Harry Potter pas adegan di Diagon Alley, seperti itulah suasana selama perjalanan. Haveli (paviliun) yang padat dengan ornamen khas Mughal, rumah-rumah yang tinggi sehingga menghambat masuknya sinar matahari, membuat suasana gang menjadi temaram meski cuaca cerah. Para penjual makanan khas Lahore tersebar di pinggir jalan. Kalo misalnya kendaran bermotor ga boleh masuk, mungkin lebih baik lagi.
Sonehri Masjid (sone= emas) dengan kubah emas yang agak kusam, Baoli Bagh (taman para selir raja), Pani Wala Talaab (kolam air) berbaur dengan rumah dan toko masyarakat. Dan akhirnya tidak terasa perjalanan berujung ke Heera Mandi (Pasar Intan) yang terkenal dan sudah ada sejak jaman dulu. Intan disini bukan berarti harfiah, namun artinya wanita. Wanita yang ‘ehem’ gitu maksudnya. Namun karena Maman datengnya siang hari jadi hanya nampak aktifitas toko-toko penjual makanan.
Kemegahan Badshahi Masjid nampak luar biasa dari Heera Mandi yang terletak persis di sampingnya. Namun karena Badshahi ni bukan tujuan Maman, jadi Maman lanjut jalan ke halte busway di Azadi Chowk (Azadi = Kemenangan). Sekedar info, d komplek Badshahi ada Lahore Fort, makam Muhammad Iqbal, makam Raja Ranjit Singh (penguasa Lahore jaman Sikh), Minar-e Pakistan (tempat deklarasi kemerdekaan Pakistan atas Kolonial Inggris). Monggo klo ada yg mau mampir. Semua gratis kecuali Lahore Fort Rs250 buat foreigner.
Dari situ Maman naik Metro Bus ke arah selatan. Kalo ke utara bisa ke Jahangir’s Tomb. Turun di halte secretariat, Maman jalan melewati kantor sekretariat, mahkamah agung, dan Lahore Museum. Dariiii dulu tiap Maman ke museum yang katanya punya koleksi sejarah Pakistan terlengkap mesti tutup dan alhamdulillah ternyata sekarang buka. Buru-buru masuk, pas ke loket tiketnya ternyata harganya Rs400 buat foreigner. Ga mempan juga pake student card. Ya udah dengan langkah gontai ga jadi masuk. Mungkin ntar kapan-kapan pas bawa duit lebih bisa kesana lagi.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. 2 jam lagi menuju niat awal ke Lahore, nonton kualifikasi World Cup. Yaudahlah Maman pulang ke penginapan, rebahan, dan langsung check out. Sebenernya abis nonton masi mau balik ke penginapan lagi tapi ternyata ketua PPMI menyuruh Maman cepet pulang ke Islamabad.
Ke stadion naik metro. Maman sampe sekitar setengah jam sebelum kick-off. Nampak banner promosi acara. Namun anehnya kok sepi2 aja y suasananya. Maman sih positif thinking aja kan orang Pakistan kurang suka sepakbola sampe2 tiketnya aja di gratisin. Baru sampe depan gate muncullah jawabannya. Pertandingan di batalkan oleh AFC dan FIFA terkait keamanan. Hari sebelumnya terjadi serangan bom bunuh diri d 2 gereja yang menewaskan 50an orang. Koplak… Segera Maman buka internet dan googling dan emang bener. Berita tentang pembatalan juga banyak di media Pakistan.
Lemes…
Haha… Asli lemes banget. Lemes soalnya belum makan n capek bawa carrier. Tanpa pikir panjang cari rickshaw ke terminal tanpa nawar, langsung naik bis pulang ke Islamabad. Hahaha…